Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM

Paus Fransiskus pada 18 Juni 2015 secara resmi mengeluarkan Ensiklik Laudato Si. Ensiklik tersebut membangkitkan minat dan keterlibatan banyak orang dalam berbagai macam bidang. Hal ini terjadi karena Laudato Si mencerminkan model klasik teologi publik Katolik (model of Catholic public theology) yang secara spesifik membahas persoalan ekologi.

Perlu diketahui bahwa teologi publik Katolik adalah upaya membentuk diskursus dan kebijakan publik melalui komunikasi yang dapat dipahami melalui ajaran Gereja. Menarik sejumlah aspek tradisi Katolik dan menunjukkan visi etis masyarakat berdasarkan ajaran Katolik yang selaras dengan akal budi, sumber-sumber kebijaksanaan non-Katolik, dan komitmen pemerintah.

Ketika membaca Laudato Si, Paus Fransiskus meminta umat Katolik menjaga atau merawat ciptaan (to care for creation) dalam terang komitmen iman (faith commitments). Namun, Ensiklik yang ditulis Paus Fransiskus ini tidak eksklusif untuk umat Katolik, tetapi juga untuk masyarakat luas. Ditujukan kepada semua orang yang berkehendak baik (good will).

Paus Fransiskus mengundang umat Katolik untuk menumbuhkan dan mengembangkan teologi publik ekologis (ecological public theology). Hal ini nampak ketika ia menganjurkan umat Katolik berdialog dengan sains (Laudato Si, art. 199-201). Selain itu, Paus Fransiskus meyakini bahwa Allah memanggil umat-Nya untuk terlibat dalam dinamika sosial-politik (Laudato Si, art. 231). Bahkan pada tataran tertentu Gereja mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memungkinkan terejawantahnya pendidikan ekologi (ecological education), mempromosikan ekologi integral (Laudato Si, art. 213).

Laudato Si mempunyai pengaruh luas, salah satu alasannya yaitu karena dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang. David J. Stagaman SJ menggambarkan otoritas sebagai a social reality that binds the author and the recipient together. Stagaman mengkategorikan otoritas ke dalam dua pokok gagasan, yaitu otoritas karismatik dan otoritas resmi. Terkait hal ini, wibawa Laudato Si dimungkinkan karena Paus Fransiskus yang menulis Ensiklik tersebut merupakan pribadi yang karismatik dan mempunyai otoritas di dalam Gereja Katolik.

Jika dibandingkan dengan Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI yang juga menulis serta mengajarkan mengenai ekologi dan perubahan iklim, Paus Fransiskus jauh lebih menarik di mata banyak orang. Hal ini nampak ketika umat Katolik Amerika sangat mendukung (very favorable) Paus Fransiskus mengeluarkan Laudato Si. Kebajikan pastoral seperti kegembiraan dan belas kasihan yang dijunjung tinggi Paus Fransiskus menjadi faktor lain yang juga mengena di hati umat Katolik dan masyarakat pada umumnya.

Sumber Bacaan:

DiLeo, Daniel R. “Laudato Si, Interest, and Engagement: An Account via Catholic Public Theology and Authority.” Environment: Science and Policy for Sustainable Development. Vol. 57, No. 6 (2015), hlm. 7-8.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

three + 2 =