Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Yohanes Paulus II menekankan pentingnya membicarakan seksualitas dengan cara bijaksana. Terkait hal ini, teologi tubuh Yohanes Paulus II menyediakan bahasa yang bermakna yang dibutuhkan untuk meyakinkan orang-orang modern bahwa mereka dipanggil untuk hidup baru dalam kasih Allah. Allah menjumpai manusia dalam daging dan mereka mempunyai tugas serta tanggung jawab untuk menjumpai sesama yang ada di dunia dalam terang evangelisasi baru. Manusia diminta mewartakan, bersaksi, menghadirkan, dan menyebarkan misteri Tritunggal Mahakudus. Misteri cinta dan persekutuan bukan sesuatu yang berada di luar, tetapi di dalam pribadi manusia, di dalam tubuh laki-laki dan perempuan.
Kerinduan laki-laki dan perempuan akan persekutuan merupakan fakta fundamental eksistensi manusia. Sebagaimana diyakini Yohanes Paulus II, misteri Kristen tidak dapat dipahami apabila manusia tidak mengenangkan misteri agung di mana Allah menciptakan laki-laki dan perempuan serta memungkinkan keduanya menjalin cinta suami dan istri dalam satu daging. Oleh karena itu, Gereja harus mewartakan kepada laki-laki dan perempuan bahwa Allah mengasihi mereka. Allah memberikan diri-Nya kepada manusia melalui Kristus dan mengundang mereka menuju kehidupan bahagia yang tidak berkesudahan.
Eksistensi manusia dimaksudkan untuk cinta, menjalin persekutuan dengan yang lain. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup tanpa cinta. Terkait hal ini, kerinduan dasar manusia akan persatuan yang dimurnikan membawa mereka kepada Kristus. Sehingga bukan sekadar kerinduan untuk bersatu dengan yang lain dalam pelukan seksual. Pada tataran tertentu persatuan laki-laki dengan perempuan melambangkan persatuan antara Kristus dan Gereja. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat (Ef 5:31-32).
Dosa pada hakikatnya mengganggu kehendak manusia untuk mewujudkan persatuan kekal dengan Kristus. Hal ini nampak ketika manusia digelorakan oleh nafsu atau hasrat seksual yang tidak teratur. Berhadapan dengan persoalan tersebut, pemikiran Yohanes Paulus II relevan untuk diwujudnyatakan, yaitu melepaskan diri dari belenggu nafsu dengan melakukan pantang dan mengendalikan diri. Selain itu, menyadari bahwa persatuan laki-laki dan perempuan akan membuahkan kegembiraan sejati apabila selaras dengan kasih Kristus yang dicurahkan dalam Ekaristi. Terkait hal ini, makna hidup ditemukan dalam tindakan memberi dan menerima cinta. Sehingga diharapkan seksualitas dan prokreasi manusia mencapai nilai serta makna sejati.
Akhirnya, memahami, menghayati, dan membagikan kebenaran mengenai maskulinitas serta feminitas membawa manusia ke dalam jantung kehidupan Kristen. Teologi tubuh Yohanes Paulus II memberikan jawaban atas krisis orang-orang modern. Menghubungkan realitas dunia modern dengan misteri agung Kristus dan Gereja-Nya. Karena tidak akan ada pembaharuan Gereja dan dunia tanpa pembaharuan perkawinan serta keluarga. Selain itu, tidak akan ada pembaharuan perkawinan dan keluarga apabila tidak kembali ke dalam kebenaran penuh dari rencana Allah mengenai tubuh serta seksualitas. Hal ini juga membutuhkan cara pandang teologis baru di mana etika seksual Kristen jauh dari daftar larangan yang sempit. Sehingga pesan keselamatan yang membebaskan sungguh-sungguh memenuhi kerinduan hati manusia.