Oleh: Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
Teologi moral merupakan bidang teologi yang menyelidiki dan mengajarkan bagaimana orang-orang Kristiani harus hidup. Terkait hal ini, teologi moral Katolik mempunyai empat sumber pengetahuan moral, yaitu Kitab Suci, tradisi, akal budi, dan pengalaman. Empat ratus tahun sebelum Konsili Vatikan II, para teolog moral Katolik fokus pada tradisi dan akal budi, mengabaikan Kitab Suci serta pengalaman. Dalam perjalanan waktu, Konsili Vatikan II menegaskan pentingnya mengembangkan teologi moral, di mana eksposisi ilmiah teologi moral harus disertai ajaran Kitab Suci dan pengalaman manusia.
Konsili Vatikan II menunjukkan bahwa melalui pengalaman berabad-abad silam, kemajuan ilmu pengetahuan, harta-kekayaan yang tersembunyi dalam pelbagai bentuk kebudayaan manusia, hal-hal yang secara lebih penuh menyingkap hakekat manusia dan merintis jalan-jalan baru menuju kebenaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, pengalaman manusia memiliki fungsi penting dalam teologi moral. Terdapat dua arus pemikiran dalam teologi moral Katolik kontemporer, yaitu tradisionalis dan revisionis. Tradisionalis mendukung dan membela norma-norma magisterial yang mutlak. Sedangkan revisionis mempertanyakan dan menantang beberapa norma magisterial absolut.
Kedua aliran tersebut mempunyai pendekatan berbeda dalam mengkonstruksi teologi moral. Menurut pendekatan revisionis, pengalaman membantu merumuskan norma dan prinsip moral. Sedangkan tradisionalis mendekati pengalaman secara deduktif, dari prinsip dan norma sampai pengalaman yang dinilai. Terkait hal ini, revisionis mendekati pengalaman secara induktif, dari pengalaman yang ditafsirkan dan dievaluasi sampai norma serta prinsip yang dirumuskan. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa relevansi pengalaman dalam merumuskan norma dan kriteria moral yaitu menilai benar atau salahnya tindakan.
Sumber Bacaan:
Curran, Charles. The Catholic Moral Tradition Today: A Synthesis. Washington DC: Georgetown University, 1999.