Yesus Berbicara Perihal Akhir Zaman

Bacaan Injil pada hari ini (Minggu, 14 November 2021) mengisahkan Yesus yang sedang menjelaskan perihal akhir zaman. Penginjil Markus secara khusus mendedikasikan bab 13 bagi tema pewartaan Yesus perihal akhir zaman. Menariknya, pada bagian akhir perikop, Yesus mengatakan bahwa Diri-Nya sendiri tidak tahu kapan persisnya akhir zaman terjadi. Hanya Allah Bapa sendiri yang tahu kapan akhir zaman itu terjadi. Jawaban Yesus ini seolah mematahkan harapan para pembaca dan menghadirkan akhir cerita yang mengecewakan tentang akhir zaman. Penjelasan panjang-lebar mesti berakhir dengan suatu bentuk ketidaktahuan. Namun, akhir cerita yang tampak mengecewakan tersebut juga menunjukkan porsi tugas Yesus di dunia. Tugas Yesus selalu berhubungan dengan rencana Bapa-Nya. Yesus tidak bertindak tanpa berkaitan dengan perintah dan “instruksi” dari Bapa-Nya. Ketidaktahuan Yesus dalam arti tertentu hendak menunjukkan bahwa akhir zaman yang dijelaskan-Nya melampaui pemahaman manusia. Manusia bisa saja menerka-nerka tentang akhir zaman berdasarkan penjelasan-Nya namun kepastian tetap pada Allah sendiri.

Meskipun tidak menunjukkan kepastian temporal akhir zaman, Yesus memberitahukan kepada Yohanes, Yakobus, Petrus, dan Andreas—keempat murid yang menanyakan tentang akhir zaman—perihal tanda-tanda yang kiranya mengindikasikan akhir zaman sudah dekat.  Pertama, akan terjadi banyak “bencana dahsyat” yang belum pernah disaksikan manusia sebelumnya. Kedua, Yesus, Sang Anak Manusia, akan datang lagi (untuk kedua kalinya) dalam kemuliaan dan kekuasaan. Ketiga, pada kedatangan tersebut, Yesus akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari seluruh ujung bumi melalui para malaikat suruhan-Nya.

Apa yang Dapat Dilakukan Umat Kristiani?

Jika akhir zaman tidak diketahui pasti, mengapa Yesus menjelaskannya? Yesus tampaknya hendak menghadirkan suatu keutamaan penting bagi umat Kristiani, yakni berjaga-jaga atau bersikap waspada. Dalam kewaspadaan tersebut Yesus meminta umat Kristiani agar peka dan mampu membaca tanda-tanda zaman. Kemampuan membaca tanda-tanda zaman akan menuntun umat Kristiani pada suatu bentuk sikap antisipasi yang tepat akan akhir zaman. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat (Mrk. 13: 28). Jika pohon ara sudah mulai bertunas, pemilik pohon ara atau petani akan mengantisipasi sejumlah tindakan agar pohon ara bisa menghasilkan buah yang baik, entah memberi pupuk, menggembur, atau memangkas dahan yang telah kering. Anjuran untuk berjaga-jaga juga bermakna agar akhir zaman itu benar-benar berasal dari Allah, bukan diakibatkan oleh tindakan manusia. Manusia bersikap waspada sambil mengusahakan yang terbaik bagi hidupnya. Sejak akhir Oktober hingga pertengahan November 2021, Conference of Parties (COP) ke-26 diadakan di Glasgow, Skotlandia. Tema penting yang dibahas adalah ancaman perubahan iklim yang mengintai dibalik pagebluk Covid-19 yang mendera dunia saat ini. Para pemimpin negara dari seluruh dunia berkumpul di Glasgow guna mencapai kesepakatan politik berkaitan dengan perubahan iklim. Tidak dapat dipungkiri, sejak Revolusi Industri di abad ke-18, manusia memiliki andil dalam kenaikan suhu permukaan bumi. Para ahli menyatakan jika suhu permukaan bumi melewati angka 20 derajat celsius, pencairan es di kutub akan semakin melaju. Hal tersebut akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang signifikan dan menutupi permukaan wilayah dataran rendah. Persoalannya adalah 20-40 persen populasi dunia berada di dataran rendah, termasuk kota-kota besar. Kekacauan besar akan terjadi jika suhu permukaan bumi tidak dapat dikendalikan. Para ahli merekomendasikan agar suhu permukaan bumi tidak naik melewati angka 1,5 derajat Celsius. Berbagai strategi mesti dipikirkan, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Suatu komitmen skala global dibutuhkan sebagai sikap berjaga-jaga agar kiamat akibat perubahan iklim tidak terjadi.

Eskatologi Proviso: Alasan Menegakkan Nilai-Nilai JPIC.

Tema akhir zaman (eskatologi) bagi teolog pembebasan seperti Gustavo Gutiérrez di Amerika Latin dan teolog politik di Jerman, seperti Johann Baptist Metz memiliki relevansi penting bagi umat manusia. Metz setidaknya menegaskan dua hal penting dari tema eskatologi. Pertama, perjalanan sejarah atau waktu memiliki akhir. Finalitas sejarah ada pada Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali dalam rangka menegakkan Kerajaan Allah. Hal tersebut berarti bahwa perziarahan manusia dalam dunia akan sampai pada Kristus. Kedua, ketika berbicara tentang akhir zaman dan usulan-Nya untuk berjaga-jaga, Yesus tidak sekadar berbicara. Melalui ajaran dan tindakan-Nya Yesus sudah menunjukkan bahwa kehadiran Kerajaan Allah sudah dimulai dalam sejarah. Keberpihakan pada orang miskin, pengampunan terhadap orang berdosa, berbagai bentuk mukjizat, kritikan terhadap kemunafikan pemuka agama dan pemerintah, serta kecaman terhadap ketidakadilan pemuka agama menunjukkan upaya Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah dalam sejarah dunia. Dalam refleksi Gutiérrez, tindakan Yesus tersebut menunjukkan bahwa iman Kristiani sebenarnya berciri politis. Iman akan Kristus mendorong umat Kristiani untuk sensitif terhadap berbagai ketimpangan yang ada di dalam dunia.  Umat Kristiani pada saat yang sama tidak dapat berpuas diri pada relasi personal dengan Allah dan melupakan sesama yang menderita.

Dengan kata lain, Yesus telah mulai mewartakan nilai-nilai JPIC pada kedatangan-Nya di dalam dunia. Kelak, Kerajaan Allah yang berkuasa pada akhir zaman tidak lain berarti terhapusnya berbagai bentuk ketidakadilan, terciptanya perdamaian, berakhirnya konflik, dan dunia dalam tatanan baru tercipta. Umat Kristiani, dalam kerangka berjaga-jaga terhadap datangnya akhir zaman, mesti terlibat dalam pewartaan nilai-nilai JPIC. Umat Kristiani tidak bersikap pasif atau berdiam diri dalam menanti saat Kristus datang kembali. Toh, menunggu tanpa berbuat sesuatu yang berguna terasa menjemukan. Oleh karena itu, Yesus meminta umat Kristiani untuk berjaga-jaga dengan berperan aktif dalam menegakkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Johann Baptist Metz menjelaskan tindakan berjaga-jaga sambil berbuat baik tersebut dengan istilah eskatologi proviso. Meskipun kepenuhan Kerajaan Allah terwujud nanti namun umat Kristiani mesti terlibat aktif bersama Kristus untuk mewujudkannya sejak dalam dunia.

Keterlibatan aktif dalam menegakkan nilai-nilai JPIC merupakan suatu kewajiban iman yang lahir dari buah relasi antara umat Kristiani dengan Kristus. Sebagaimana dikatakan oleh Paus Fransiskus, iman akan Kristus Sang Penebus berdimensi sosial. Sukacita karena penebusan Kristus mendorong umat Kristiani untuk keluar dari dirinya sendiri, mencurahkan perhatian terhadap sesama, terutama mereka yang miskin dan tersingkirkan. Penebusan Kristus memampukan umat Kristiani untuk mengharapkan, mengusahakan, serta memperjuangkan kebaikan sesama di sekitarnya (EG art. 48, 178). Jika tidak memiliki kepekaan terhadap sesama yang menderita, apa ciri khas umat Kristiani zaman ini? pace e bene

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here