Yohanes Wahyu Prasetyo OFM
(Ketua Bidang Animasi JPIC OFM Indonesia—Magister Filsafat STF Driyarkara Jakarta)
PENGANTAR
Injil Keempat melukiskan Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Kana (Yohanes 2:1-12). Tindakan tersebut merupakan yang pertama dari serangkaian tanda mesianik yang dinyatakan Yesus. Dalam perkawinan di Kana, Yesus adalah mempelai laki-laki mesianik. Yesus membawa kepenuhan dan kelimpahan hidup serta sukacita. Hal ini nampak dari kuantitas dan kualitas anggur yang disediakan Yesus. Anggur yang melimpah merupakan lambang zaman mesianik, kedatangan Mesias (coming of the Messiah).
KONTEKS NARASI PERKAWINAN DI KANA
Perkawinan di Kana mempunyai kaitan dengan narasi murid-murid Yesus yang pertama (1:35-51). Perlu diketahui bahwa hari ketiga (2:1) merupakan penanda temporal (temporal marker) yang mengakhiri empat catatan waktu pemanggilan para murid. Selain itu, mukjizat dalam perkawinan di Kana memungkinkan mereka percaya. Sebagaimana dilukiskan dalam 2:1-2, pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Hal ini merupakan keputusan Yesus yang dibuat sebelumnya. Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” (1:43).
Manifestasi kemuliaan Yesus dan rasa percaya para murid kepada-Nya memerlihatkan bahwa mukjizat yang dinyatakan Yesus dalam perkawinan di Kana mempunyai dampak besar dalam diri para murid. Meskipun para murid belum melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia (1:51). Pada dasarnya narasi perkawinan di Kana dimaksudkan untuk memenuhi janji Yesus kepada para murid. Terkait hal ini, narasi sebelum 2:1-12 menggunakan penanda temporal dalam tiga kesempatan (1:29,35,43). Oleh karena itu, hari ketiga (2:1) memiliki makna simbolis (symbolic meaning), menunjukkan suatu awal narasi yang sama sekali baru. Sedangkan narasi setelah 2:1-12, mengisahkan tindakan Yesus menyucikan Bait Allah (2:13-25).
Perkawinan di Kana (2:1-12) dan tindakan Yesus menyucikan Bait Allah (2:13-25) nampak terpisah, tidak saling terkait. Karena 2:1-12 melukiskan suatu perayaan (festive), sedangkan 2:13-25 memperlihatkan fenomena kekerasan dan konflik (violence and conflict). Godaan untuk membaca keduanya secara independen semakin kuat, karena Kana merupakan tempat di mana Yesus menyatakan tanda (sign) yang pertama. Sedangkan penyucian (purification) Bait Allah dalam tradisi sinoptik dipandang sebagai bagian dari kedatangan terakhir Yesus ke Yerusalem.
Injil Yohanes menyatukan dua peristiwa yang sangat berbeda, yaitu Kana dan Yerusalem. Di sini orang menemukan ritual Yahudi berupa perkawinan (wedding) yang ditempatkan dalam konteks Paskah (Passover). Pembaca juga akan menyadari bahwa kedua perikop tersebut ditulis bukan untuk berbicara tentang perkawinan atau Bait Allah itu sendiri, melainkan untuk mengungkapkan siapa Yesus berdasarkan tanda-tanda (signs) yang dinyatakan-Nya. Namun, dalam tulisan ini, penulis membatasi diri dan hanya menguraikan narasi perkawinan di Kana (2:1-12).
GAMBARAN UMUM NARASI PERKAWINAN DI KANA
Ketika membaca 2:1 dan 2:11, menjadi jelas bahwa tanda pertama Yesus terjadi di Kana, Galilea. Sedangkan dalam 2:2 diberitahukan, Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Kemudian 2:12 melukiskan tindakan Yesus setelah pesta perkawinan selesai, Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. Para murid dalam 2:2 tampil pasif, mereka sekadar diundang (invited) dan memenuhi undangan tersebut. Tetapi dalam 2:11-12, para murid tampil aktif, mereka percaya (believed) kepada Yesus dan pergi bersama Yesus menuju Kapernaum.
Berdasarkan 2:2, Yesus juga memiliki peran pasif, Ia diundang ke pesta perkawinan. Sedangkan dalam 2:11, Yesus mempunyai peran aktif, Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Sehingga nampak terjadi perubahan dalam diri Yesus, dari tamu menjadi karakter sentral. Perlu diketahui bahwa terjadi perbedaan angka yang mencolok, yaitu dalam 2:1 dikatakan, perkawinan terjadi pada hari ketiga (third day). Namun, 2:11 menginformasikan bahwa perkawinan di Kana merupakan yang pertama dari tanda-tanda-Nya (the first of his signs). Terkait hal ini, hari ketiga dapat dipahami sebagai permulaan (beginning) yang baru.
Perikop 2:3-5 melukiskan percakapan antara ibu Yesus (the mother of Jesus) dan Yesus (Jesus) serta para pelayan (the servants). Sedangkan dalam 2:9-10 menggambarkan percakapan antara kepala pelayan (head steward) dan pengantin pria (the bridegroom). Selanjutnya, dalam 2:3-5 dan 2:9-10 anggur (wine) ditempatkan sebagai tema penting. Bukan sembarang anggur, tetapi anggur yang baik (good wine). Berdasarkan kedua bagian teks tersebut nampak adanya permainan tema mengenai pengetahuan (knowledge). Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu—dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya—ia memanggil mempelai laki-laki (2:9).
Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (2:3-5). Berdasarkan narasi 2:3-5, sejatinya ibu Yesus mengetahui bahwa saat untuk memulai tanda-tanda-Nya telah tiba. Jika belum tiba, ibu Yesus tidak akan memerintahkan para pelayan untuk mendengarkan putranya. Penting juga untuk menggarisbawahi komplementaritas saatnya (the hour) Yesus dan penyimpanan anggur yang baik sampai sekarang (up to now). Karena saatnya Yesus telah tiba dan anggur yang baik telah disimpan sampai saat terakhir (the last hour) pesta perkawinan.
Terdapat relasi menarik terkait kata kerja dalam 2:5 dan 2:11. Dalam 2:5 ibu Yesus berkata kepada para pelayan, apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu! Sedangkan dalam 2:11 penulis Injil menegaskan bahwa Yesus menyatakan tanda yang pertama di Kana. Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemualian-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (2:11). Selanjutnya, pada 2:6-8 menjelaskan bagaimana mukjizat tersebut dinyatakan. Yesus memberikan perintah dan para pelayan mematuhinya. Perintah yang disampaikan Yesus menggambarkan tindakan para pelayan. Meskipun Yesus menempati suatu otoritas, Ia tidak dapat melakukan mukjizat tanpa bantuan para pelayan.
STRUKTUR NARASI PERKAWINAN DI KANA
Bagian Pertama (2:1-2)
Dua ayat pertama dalam 2:1-12 memerlihatkan bahwa Yesus dan para murid-Nya menerima undangan untuk menghadiri perkawinan di Kana. Selain itu, dua ayat tersebut menunjukkan bahwa ibu Yesus datang lebih dahulu. Sedangkan Yesus dan para murid-Nya datang kemudian. Dalam perkawinan di Kana, kehadiran Yesus memiliki makna yang lebih besar daripada perkawinan itu sendiri.
Perkawinan di Kana terjadi pada hari ketiga (the third day). Hari ketiga merupakan penanda temporal yang mengandung makna simbolis. Karena pada narasi sebelumnya terdapat tiga hari tertentu (1:29,35,43), pada keesokan harinya (the next day). Meskipun waktu (time) dalam Injil Keempat jarang memiliki makna simbolis, waktu dalam narasi 2:1-12 mempunyai kaitan dengan kebangkitan Yesus pada hari ketiga (the resurrection of Jesus on the third day).
Bagian Kedua (2:3-5)
Dialog antara Yesus dan ibu-Nya (2:3-4) memerlihatkan suatu kebutuhan yang pada akhirnya dipenuhi oleh Yesus. Meskipun dialog tersebut membuat pembaca tidak nyaman dengan sikap Yesus dan tidak yakin bahwa Ia akan menanggapi pernyataan ibu-Nya dengan baik. Selanjutnya pada 2:5, diperlihatkan perintah yang ditujukan kepada para pelayan. Yesus diberi tahu ibu-Nya bahwa mereka kehabisan anggur (2:3). Hal ini memerlihatkan bahwa Ibu Yesus tidak meminta sesuatu secara eksplisit kepada Yesus. Dengan kata lain, Ibu Yesus sekadar meminta tanggapan dari Yesus. Perlu diketahui bahwa Kitab Suci Ibrani (Hebrew Bible) dan Pseudepigrapha menggambarkan kelimpahan anggur sebagai simbol zaman mesianik (messianic age).
Perkawinan di Kana memerlihatkan Yesus melakukan tindakan yang melambangkan kedatangan zaman mesianik. Hal ini nampak ketika Yesus mengubah air (water) menjadi anggur (grape). Namun, pada awalnya Yesus nampak tidak menanggapi dan menjawab ibu-Nya. Tindakan tersebut dinilai pembaca modern sebagai sikap tidak sopan. Mau apakah engkau dari pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba (2:4). Jawaban yang disampaikan Yesus tersebut menunjukkan kedekatan, ikatan yang mempersatukan dua orang. Kemudian Yesus menegaskan kedaulatan-Nya dengan melakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan Yesus pertama-tama bukan karena diminta ibu-Nya. Tetapi Yesus sejak semula telah menentukan tindakan yang tepat (determined action appropriate).
Saat-Ku belum tiba (2:4) sebagaimana dikatakan Yesus mengandung makna simbolis. Kata-kata Yesus tersebut menunjukkan bahwa Ia akan melakukan sesuatu yang lebih besar. Bukan sekadar tunduk pada perintah orang lain. Sehingga tindakan yang dilakukan Yesus lebih dari sekadar menyediakan anggur dalam perkawinan di Kana. Tanggapan Yesus yang kurang antusias tidak membuat ibu-Nya gentar (undaunted). Ibu Yesus memutuskan untuk menemui dan memberitahu kepada para pelayan supaya melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Yesus. Dalam situasi dan kondisi tersebut, ibu Yesus tidak merasa ditolak (rejected) dan meyakini bahwa Yesus akan memberikan tanggapan yang tepat.
Bagian Ketiga (2:6-8)
Teks 2:6 memerlihatkan ketersediaan enam tempayan. Tempayan tersebut terbuat dari batu dan berfungsi untuk menahan air. Selain itu, tempayan terkait dengan ritus pemurnian orang Yahudi (the purification rites of the Jews). Angka enam yang menunjukkan jumlah tempayan mempunyai makna simbolis, melambangkan ketidaksempurnaan. Pembaca yang paham tradisi Yahudi dengan mudah mengingat bahwa akhir zaman (end times) dicirikan oleh melimpahnya anggur. Karena Yesus sendiri dalam 1:50 menegaskan, engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.
Menurut hukum Lewi (Levitical law), tempayan yang terbuat dari batu tidak boleh terkontaminasi. Hal ini melukiskan bahwa tempayan yang digunakan dalam perkawinan di Kana terkait dengan ritus pemurnian (purifications rites). Sehingga tindakan yang dilakukan Yesus dalam perkawinan di Kana juga terkait dengan pemurnian. Yesus menyampaikan perintah kepada para pelayan untuk mengisi tempayan dengan air. Setelah itu, Yesus berkata kepada mereka, sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta (2:8).
Pada zaman dahulu tempayan digunakan untuk ritual pemurnian. Tempayan memiliki nilai dan makna baru ketika Yesus menggunakannya dalam perkawinan di Kana. Dalam narasi perkawinan di Kana, yang menjadi fokus bukan tempayan, tetapi pada Yesus yang menggunakannya. Selain itu, Injil Keempat menggiring fokus pembaca bukan pada mukjizat, tetapi pada Yesus yang melakukannya.
Bagian Keempat (2:9-10)
Pemimpin pesta tidak tahu dari mana datangnya (2:9) anggur. Terkait hal ini, hanya para pelayan yang mengetahui sesuatu yang telah terjadi. Karena para pelayan merupakan hamba (servants) yang taat kepada Yesus. Sama seperti Yohanes yang memulai pelayanan baptisannya dengan air tanpa mengetahui identitas Yesus (1:31). Para pelayan bersikap taat memenuhi tujuan ilahi (divine purpose). Mereka tidak mengetahui sesuatu yang mereka bawa kepada pemimpin pesta.
Ketaatan tersebut menunjukkan bahwa para pelayan ambil bagian dalam mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus. Mukjizat pada akhirnya mengarah pada manifestasi kemuliaan-Nya (manifestation of his glory). Berdasarkan literatur Yahudi, anggur merupakan simbol zaman mesianik (a symbol of the messianic age). Yesus bukan sekadar menghasilkan anggur, tetapi anggur yang baik (good wine) dalam jumlah besar. Dapat dikatakan bahwa Yesus tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga kebutuhan mendatang.
Bagian Kelima (2:11-12)
Perikop 2:11 menegaskan bahwa melalui tanda pertama Yesus menyatakan kemulian-Nya. Hal ini membuat para murid percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, penyataan kemuliaan (glory) Yesus merupakan pesan utama 2:1-12, bukan mukjizat mengubah air menjadi anggur. Yesus mengubah perkawinan di Kana menjadi peristiwa di mana kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (1:14). Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (1:12).
Terlepas dari fakta bahwa pemimpin pesta mengagumi kualitas anggur, Yesus telah memulai pelayanan publiknya. Yesus mengungkapkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan memimpin para murid-Nya supaya mempunyai iman yang mendalam. Yesus memenuhi janji-Nya, engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu (1:50).
TAFSIRAN BERDASARKAN NARASI PERKAWINAN DI KANA
Teks 2:1-2 menyebut Yesus hanya dengan nama, tidak menyebutkan gelar tertentu. Karena apa yang Ia lakukan sudah cukup untuk menunjukkan siapa hakikat Yesus. Dalam perkawinan di Kana, Yesus menyatakan tanda, mengubah air menjadi anggur. Para murid percaya (believed) kepada Yesus bukan karena apa yang mereka pikirkan atau apa yang orang lain katakan tentang-Nya. Tetapi karena mereka telah menyaksikan tindakan Yesus. Dengan kata lain, tindakan Yesus sebenarnya adalah sebuah perkataan (saying). Perkataan Yesus bukan sembarangan perkataan, karena Ia mengucapkan kata-kata penting, isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air (2:7).
Sifat imperatif perkataan Yesus tersebut melahirkan dua pengertian. Pertama, perkataan imperatif Yesus mengungkapkan identitas-Nya. Meskipun Yesus datang sebagai undangan dalam perkawinan di Kana, Ia tampil sebagai orang yang berbicara dengan otoritas yang menuntut ketaatan yang rendah hati (humble obedience). Kedua, perkataan imperatif Yesus memiliki dampak apabila seseorang melaksanakannya. Yesus berbicara berdasarkan otoritas yang Ia peroleh dari Bapa, tetapi Ia memilih untuk membangun kerja sama dengan para pelayan untuk melaksanakan rencana ilahi (the divine plan). Tanpa bantuan para pelayan tanda pertama Yesus tidak dimungkinkan. Dengan demikian, penulis Injil mengajak pembaca untuk tidak hanya menerima otoritas Yesus dalam iman, tetapi juga menghasilkan buah iman melalui perbuatan.
Penulis Injil menggambarkan tempayan dalam perkawinan di Kana, tetapi terdapat detail yang tidak diperhatikan kebanyakan orang. Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung (2:6). Perlu diketahui bahwa pembasuhan dalam tradisi Yahudi merupakan tindakan membersihkan diri dengan menggunakan air. Tetapi pada Hari Penebusan yang terjadi setahun sekali memurnikan orang-orang Yahudi dengan darah (Im 16:29-34, Im 23:26-32, dan Bil 29:7-11). Pemurnian dengan darah membebaskan mereka dari kenajisan dan dosa. Penulis Injil tidak menjelaskan ritual tersebut dalam 2:6, tetapi menyinggungnya dalam frasa pembasuhan menurut adat orang Yahudi.
Merujuk pada 2:6, sejatinya terdapat dua bentuk permurnian, yaitu pemurnian dengan air (water) secara eksplisit dan pemurnian dengan darah (blood) secara implisit. Perlu diketahui bahwa kedua jenis pemurnian tersebut terjadi melalui Yesus. Dalam 3:5 dikatakan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Hal ini pada hakikatnya merujuk pada baptisan (3:22 dan 4:1-2). Selanjutnya, penulis Injil menunjukkan bahwa pemurnian menurut Yesus adalah dengan darah dan air. Seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air (19:34). Melalui peristiwa kayu salib Yesus mengisi tempayan kosong bukan menurut pemurnian orang Yahudi, tetapi menurut pemurnian Yesus.
Narasi perkawinan di Kana bergerak dari kekurangan (lack) menuju kelimpahan (abundance). Dalam Injil Keempat Yesus juga mengatakan, sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barang siapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (12:24-25). Oleh karena itu, pengikut Yesus harus mengalami ketiadaan kehidupan secara total untuk mencapai kelimpahan kehidupan. Seperti narasi perkawinan di Kana, Yesus menjanjikan kehidupan yang baik (good life) dan yang tetap sampai kekekalan.
SIMBOL DALAM NARASI PERKAWINAN DI KANA
Air
Narasi 2:1-12 memuncak pada manifestasi kemuliaan Yesus dan sikap percaya para murid kepada-Nya. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana air mempunyai nilai dan makna dalam perkawinan di Kana. Sejumlah komentator Kitab Suci menegaskan bahwa perubahan air menjadi anggur mengandung tiga simbol. Pertama, penciptaan kembali iman Yahudi (the re-creation of Jewish faith) melalui kehidupan dan pelayanan Yesus. Kedua, penyempurnaan dan transformasi hukum oleh Injil. Ketiga, penggantian lembaga-lembaga Yahudi dengan keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus.
Pada tataran tertentu dapat dikatakan bahwa air dalam 2:1-12 mempunyai kaitan dengan pemurnian (purification). Dalam 2:1-12, kata air (water) muncul tiga kali dan pada setiap kesempatan mempunyai kaitan dengan tempayan yang digunakan dalam ritus pemurnian Yahudi. Oleh karena itu, air yang berubah menjadi anggur mengundang interpretasi simbolis. Merujuk pada 1:19 dan 2:11 serta Kel 19-24, pemurnian merupakan motif penting dalam konteks perkawinan di Kana. Perlu diketahui bahwa orang Israel harus menerima baptisan air untuk menyucikan diri supaya dapat menerima hukum di Sinai. Sedangkan Yohanes harus membaptis dengan air sebelum menerima wahyu dari pembawa perjanjian baru (new covenant). Dapat dikatakan bahwa pemurnian dipandang penting untuk kelahiran umat Allah yang baru dalam narasi Injil Keempat.
Berdasarkan 2:1-12, para murid tidak menerima baptisan baru. Namun, manifestasi kemuliaan Yesus memungkinkan mereka percaya kepada-Nya. Hal ini terjadi melalui peristiwa perubahan air menjadi anggur. Air tersebut disimpan di dalam tempayan yang digunakan dalam upacara pemurnian. Tindakan Yesus menggunakan air pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan para murid supaya percaya kepada-Nya. Selain itu, Yesus berharap agar mereka menjadi anak-anak Allah (1:12). Dalam 13:10, Yesus menjelaskan kegunaan air untuk membersihkan (cleanse) diri.
Air melambangkan sesuatu yang baru. Dalam perkawinan di Kana Yesus menggunakan air yang kemudian meningkatkan kegembiraan pesta. Harus diingat bahwa yang ditawarkan Yesus lebih dari sekadar ritual pemurnian. Ketika Yesus mengubah air menjadi anggur, para murid menjadi lebih mengenal identitas Yesus yang sejati. Yesus yang akan membaptis dengan Roh Kudus (1:33) memulai pelayanannya dengan menggunakan air. Hal ini dilakukan Yesus supaya para murid-Nya mempunyai iman yang mendalam. Para murid melihat kemuliaan Yesus sebagai hasil dari tanda yang dinyatakan-Nya.
Anggur
Tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Kana merupakan yang pertama dari serangkaian tanda mesianik yang dilakukan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah mempelai laki-laki mesianik. Enam tempayan kosong sebagaimana dilukiskan dalam 2:6 dikontraskan dengan kepenuhan dan kelimpahan hidup serta sukacita yang dibawa oleh Yesus Sang Mesias. Kepenuhan dan kelimpahan nampak dalam kuantitas (2:6) dan kualitas (2:10) anggur yang disediakan Yesus. Anggur yang melimpah digunakan untuk melambangkan keselamatan (Yer 31:12, Yl 3:18, Am 9:13-14, Bar 29:5) dan kedatangan Mesias (Kej 49:11).
Pertama dan Ketiga
Terdapat permainan angka pertama dan ketiga. Perkawinan di Kana terjadi pada hari ketiga (third day), di mana Yesus menggunakan tempayan air Yahudi yang dapat diisi maksimal tiga (three) takaran. Terkait hal ini, anggur yang baik yang disajikan pertama (first) tetap ada sampai akhir perkawinan, dan dengan demikian mengungkapkan permulaan (the beginning) dari tanda-tanda-Nya. Perlu diketahui bahwa hari ketiga dalam perkawinan di Kana mempunyai kaitan dengan hari ketiga ketika Yesus menyucikan Bait Allah di Yerusalem. Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali (2:19). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hari ketiga melambangkan kebangkitan.
Yesus Sebagai Taurat
Perikop 2:1-12 mencatat yang pertama dari dua belas mukjizat yang dilakukan Yesus. Sama seperti periode Musa, Allah berperan dalam sejarah manusia. Melalui kedatangan Logos, Allah melibatkan diri-Nya untuk membawa penebusan kekal (eternal redemption) bagi mereka yang percaya (Ul 11:3, 29:2). Tanda yang dikemukakan Yesus dalam perkawinan di Kana menunjukkan keilahian-Nya. Selain itu, tindakan yang dilakukan Yesus memerlihatkan bahwa Ia merupakan pemberi hidup yang berkelimpahan.
Perkawinan di Kana merupakan tanda simbolis bahwa zaman Mesias telah menyingsing (Kej 49:11, Yes 25:6, Yer 31:5, Hos 2:22, Yl 3:18, dan Am 9:13). Latar belakang perkawinan di Kana adalah serangkaian ritus pemurnian di mana semuanya menemukan penggenapan akhir dalam diri Sang Putra. Sedangkan referensi waktu dalam 2:1 memerlihatkan bahwa Mesias tiba pada hari ketiga setelah Ia dan para murid-Nya meninggalkan daerah Sungai Yordan. Tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur harus dipahami dalam kaitannya dengan sesuatu yang dikatakan dalam Perjanjian Lama mengenai Penebus (Redeemer) yang akan datang. Pada zaman mesianik, Allah akan mengadakan perjamuan dengan makanan terbaik dan anggur yang melimpah. Hal ini pada dasarnya melambangkan sukacita besar (Yes 25:6, Yl 2:19, dan Am 9:13-15).
Anggur juga melambangkan penderitaan (suffering). Karena warnanya merah dan meminum ampasnya adalah tanda hukuman (Mzm 60:3, Yer 25:15-16). Yesus secara simbolis menghubungkan anggur dengan darah-Nya pada Perjamuan Terakhir (Last Supper) yang Ia rayakan ketika waktunya benar-benar tiba (2:4, 13:1, 18:11). Sama seperti Musa memulai pelayanannya dengan tanda-tanda untuk menunjukkan bahwa ia diutus oleh Allah. Demikian juga Yesus yang dalam Injil Keempat dilukiskan bahwa Ia melakukan tanda-tanda untuk memerlihatkan bahwa Ia diutus oleh Bapa. Dalam Injil Keempat, keyakinan bahwa Yesus adalah nabi (prophet) yang seperti Musa disajikan lebih eksplisit daripada pada bagian lainnya dalam Perjanjian Baru.
Tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur dimaksudkan untuk memvalidasi klaim-Nya sebagai pemenuhan karunia Taurat (gift of the Torah). Hal ini merupakan kebenaran yang kemudian akan mengarah pada penyaliban-Nya. Selain itu, tanda-tanda yang dilakukan Yesus dimaksudkan supaya orang percaya kepada-Nya. Kemuliaan Yesus dalam perkawinan di Kana nampak dalam dua aspek. Pertama, Yesus mengasihi orang-orang yang berada di sekitarnya. Kedua, Yesus mampu mengendalikan unsur-unsur alam, mengubah air menjadi anggur. Oleh karena itu, pemberian hidup dan kehadiran yang membawa sukacita Allah dapat ditemukan dalam diri Mesias.
NILAI DAN MAKNA TEOLOGIS DALAM NARASI PERKAWINAN DI KANA
Berdasarkan narasi perkawinan di Kana, yang pertama dan terpenting adalah pribadi Yesus. Perlu diketahui bahwa selama periode sebelum Yesus memulai kehidupan publik, yang menjadi perhatian adalah sisi kemanusiaan-Nya. Selanjutnya, ketika memulai kehidupan publik, perhatian diarahkan pada sisi keilahian-Nya. Perlu diketahui bahwa tujuan dari Injil Keempat terdapat dalam 20:30-31, memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Tujuan Yesus melakukan mukjizat selaras dengan tujuan Injil Keempat. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (10:38). Terdapat lima nilai dan makna dalam narasi perkawinan di Kana. Pertama, anggur yang Yesus sediakan adalah anggur belas kasih (wine compassion). Tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur didorong oleh belas kasih kepada keluarga yang mengadakan pesta pekawinan dan ibu-Nya. Melalui belas kasih, Yesus masuk ke dalam kesusahan yang mereka alami.
Kedua, anggur yang Yesus sediakan adalah anggur pengganti (wine of replacement). Yesus mengganti sesuatu yang baik (air) dengan yang lebih baik (anggur). Dengan kata lain, Bait Allah lama di Yerusalem akan diganti dengan Bait Allah baru, yaitu tubuh Yesus (Jesus’ body). Hidup lama menurut daging (flesh) akan diganti dengan hidup baru menurut Roh (Spirit). Air lama yang diberikan Yakub akan diganti dengan air baru yang Yesus berikan. Kultus lama di Yerusalem akan diganti dengan kultus baru Mesias.
Petunjuk untuk melihat nilai dan makna dari tanda tersebut adalah pada karakter tempayan yang digunakan dalam ritus pemurnian Yahudi. Terkait hal ini, penggunaan anggur baru (new wine) dalam Injil Sinoptik sebagai simbol sistem agama baru yang diperkenalkan oleh kedatangan Mesias (Mat 9:14-17, Mrk 2:18-22, dan Luk 5:33-39). Sistem agama baru yang ditandai dengan perayaan (celebration), bukan kemurungan (moroseness).
Lukas mencatat bahwa penentang Mesias akan meninggikan anggur lama dari agama yang sudah usang ketika berhadapan dengan yang baru (Luk 5:39). Hal ini memberikan petunjuk bahwa komentar pemimpin pesta terkait anggur yang disajikan Yesus lebih baik daripada anggur yang sebelumnya (2:10). Pengakuan atas kualitas unggul anggur Yesus dimaksudkan untuk menggambarkan keunggulan perjanjian baru (Ibr 8:13). Sedangkan tempayan yang digunakan dalam ritus pemurnian Yahudi memerlihatkan pentingnya mengaktualisasikan pembersihan berdasarkan perjanjian baru, spiritual dan bukan fisik.
Ketiga, anggur yang Yesus sediakan adalah anggur kelimpahan (wine of abundance). Penyebutan secara eksplisit jumlah tempayan menunjukkan bahwa semua air yang diisi ke dalam tempayan diubah menjadi anggur. Anggur yang disediakan Yesus melebihi yang dibutuhkan. Hal ini terkait dengan melimpahnya penebusan Kristus (Christ’s redemptive). Beberapa teks yang relevan yang menyebutkan kelimpahan anggur adalah Kej 49:11-12, Ams 9:5, Yes 25:6, Yer 13:12, Yl 2:19, Am 9:13-14, dan Za 3:10.
Anggur sakramental merupakan darah Yesus yang dicurahkan untuk menebus dosa umat-Nya. Oleh karena itu, nampak alasan mengapa Yesus menghubungkan waktu-Nya dengan mukjizat di Kana (2:4). Anggur yang disediakan Yesus di Kana hanyalah tanda dari anggur sejati yang akan diberikan dalam kematian-Nya. Karena waktu Yesus belum tiba, Maria dan para murid harus menunggu sebelum mencicipi anggur surga (wine of heaven).
Keempat, anggur yang Yesus berikan adalah anggur mempelai laki-laki. Perlu diketahui bahwa yang mendapat pujian adalah mempelai laki-laki, bukan mempelai laki-Laki yang sejati (Mat 9:15, Mrk 2:19-20, Luk 5:34-35, Yoh 3:27-30, dan Why 19:6-9). Hal ini selaras karena mempelai laki-laki yang sejati belum merayakan pernikahannya. Hari itu masih menunggu fajar. Namun, begitulah 2:1-12 mengemukakan janji eskatologis.
Kelima, anggur yang Yesus berikan adalah anggur kemuliaan (wine of glory). Ketika memberikan anggur, Yesus menyatakan kemuliaan kepada para murid-Nya (2:10). Yesus menyatakan kemuliaan-Nya secara bertahap. Para murid yang telah percaya (1:37-51) harus menjadi semakin percaya (2:11). Iman para murid harus bertumbuh selama Yesus berada di antara mereka (20:8, 25, 27). Akhirnya, Yesus mengungkapkan kemuliaan-Nya secara selektif. Banyak orang yang hadir dalam perkawinan di Kana. Namun, hanya sedikit yang melihat kemuliaan Putra tunggal dari Bapa.
PENUTUP
Injil Yohanes menarasikan perkawinan di Kana bukan untuk menekankan mukjizat yang terjadi di sana, tetapi untuk mengungkapkan kemuliaan Yesus (Jesus’ glory). Sehingga peran Yesus dalam perkawinan di Kana sangat ditonjolkan. Sentralitas Yesus yang dengan kata-kata imperatif menjadi sorotan dan penekanan (2:6-7). Selain itu, tindakan yang dilakukan Yesus mengungkapkan secara jelas identitas-Nya. Sehingga pembaca narasi perkawinan di Kana mengenal Yesus bukan dari apa yang dikatakan orang lain mengenai Yesus, tetapi dari apa yang Yesus lakukan (does).
Tindakan Yesus mengubah air menjadi anggur dimaksudkan untuk mengungkapkan kasih Bapa (love of the Father). Selain itu, narasi perkawinan di Kana merupakan pintu gerbang (gateway) yang di atasnya terukir kata-kata dan ungkapan yang menerangi seluruh misteri Kristus serta membuka hati para murid kepada iman. Terkait hal ini, air diperlukan untuk kehidupan. Sedangkan anggur mengekspresikan kegembiraan pesta. Ketika mengubah air menjadi anggur, Yesus membentuk suatu tanda, mengubah hukum Musa menjadi Injil, pembawa sukacita (bearer of joy).
Kata-kata ibu Yesus, apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu! (Yoh 2:5) merupakan warisan yang Ia tinggalkan. Hal ini mengingatkan pada formula iman yang digunakan orang Israel di Sinai, segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan (Kel 19:8). Perlu diketahui bahwa melayani Allah berarti mendengarkan dan mengejawantahkan Firman-Nya. Akhirnya, perkawinan di Kana lebih dari sekadar narasi mengenai mukjizat pertama Yesus. Pesta perkawinan di Kana akan digenapi dalam Misteri Paskah. Dalam peristiwa perkawinan di Kana Yesus mengikat para murid dengan diri-Nya dalam perjanjian baru dan terakhir.
SUMBER BACAAN:
BUSTAMANTE, JOSÉ MARIA CABRERA. “The Third Day: From the Beginning of Jesus’ Signs in Galilee to the Announcement of His Definitive Sign in Jerusalem.” Dalam Roland Meynet dan Jacek Oniszczuk (editor). International Studies on Biblical and Semitic Rhetoric. Roma: Gregorian & Biblical Press, 2013, hlm. 147-166.
COOPER, KARL T. “The Best Wine: John 2:1-11.” Westminster Theological Journal (Januari 1979), hlm. 364-380.
HAHN, SCOTT. Catholic Bible Dictionary. United States: Doubleday Religion, 2009.
HARTDEGEN, STEPHEN. “Marian Significance of Cana (John 2: 1-11).” Marian Studies, Vol. 11 (1960), hlm. 85-103.
JONES, LARRY PAUL. The Symbol of Water in the Gospel of John. Sheffield: Sheffield Academic Press, 1997.
KEENER, CRAIG S. The Gospel of John A Commentary VOLUME I. Michigan: Baker Academic, 2012.
KLINK, E. W. “Water.” Dalam Joel B. Green, Jeannine K. Brown, dan Nicholas Perrin (editor). Dictionary of Jesus and the Gospels. Nottingham: InterVarsity Press, 2013, hlm. 991-992.
KÖSTENBERGER, A. J. “Wine.” Dalam Joel B. Green, Jeannine K. Brown, dan Nicholas Perrin (editor). Dictionary of Jesus and the Gospels. Nottingham: InterVarsity Press, 2013, hlm. 993-995.
LIOY, DAN. “Jesus as Torah in John 2:1-22.” Conspectus. Vol. 4 (September 2007), hlm. 23-39.
SHAW, IAN. “Canaanites.” Dalam Ian Shaw dan Robert Jameson. A Dictionary of Archaeology. Oxford: Blackwell Publishers Ltd, 1999, hlm. 129-130.
STRANGE, J. F. “Galilee.” Dalam Craig A. Evans dan Stanley E. Porter. Dictionary of New Testament Background: A Compendium of Contemporary Biblical Scholarship. USA: InterVarsity Press, 2000, hlm. 391-398.
CATATAN: Tulisan ini pernah dimuat di dalam majalah GITA SANG SURYA, Vol. 17, No. 2 (Maret-April 2022), hlm. 49-57.