Pekan Laudato Si’ tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 21-28 Mei 2023. Perayaan ini maksudkan untuk memperingati dan merayakan kelahiran ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus. Pada tahun ini, kita merayakan ulang tahun yang kedelapan ensiklik ini. Biasanya panitia kegiatan ini mengusung tema yang berbeda-beda setiap tahun dengan sejumlah refleksi yang menarik. Pada tahun 2023, dalam rangka merayakan ulang tahun Laudato Si’ yang ke delapan, panitia mengusung tema: Hope for the Earth. Hope for Humanity atau Harapan untuk Bumi dan Harapan untuk Kemanusiaan. Sebagai sebuah tema bersama, maka seluruh aksi dan refleksi di setiap entitas diarahkan untuk membangun sebuah harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Untuk memperkaya refleksi dan aksi-aksi kita selama sepekan ini, tim pengarah sebagaimana dilansir dalam situs remsi Laudato Si Movement, panitia telah menyediakan sebuah Film yang berjudul “The Letter”. Film ini menceritakan tentang empat orang “penyair sosial” (social poets) yang terkena dampak langsung dari krisis iklim. Mereka melakukan perjalanan ke Roma untuk bertemu dan berdialog dengan Paus Fransiskus. Film ini akan menjadi sumber inspirasi yang dapat membuka acara-acara kita selama sepekan ini.
Apa itu Pekan Laudato Si’?
Kegiatan mondial ini dinamakan “Pekan” Laudato Si’ karena acara ini dirayakan selama satu pekan. Pekan Laudato Si’ pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016, untuk merayakan kahadiran ensiklik kepausan Paus Fransiskus, “Laudato Si’: tentang Kepedulian terhadap Rumah Kita Bersama”. Sejak saat itu, perayaan ini menjadi acara tahunan dan rutin dilaksanakan oleh umat Katolik di seluruh dunia dengan beraneka ragam bentuk. Tujuannya adalah mengingatkan semakin banyak orang untuk berkomitmen menjaga keutuhan bumi rumah kita bersama. Perayaan global ini juga hendak menegaskan dan mengingatkan kita semua bahwa kehidupan kita di planet ini saling terhubung atau terkoneksi satu sama lain menjadi satu keluarga kosmis.
Sebuah Prinsip Utama Spiritualitas dan Ekologi
Pada bulan Mei 2015, Paus Fransiskus meluncurkan ensiklik yang berjudul ‘Laudato Si’. Ensiklik Laudato Si’ merupakan sebuah ensiklik apostolik pertama yang membicarakan tentang ibu bumi sebagai rumah bersama atau lingkungan. Paus Fransiskus mendorong semua masyarakat global untuk bersama-sama membangun kepedulian terhadap planet bumi, rumah kita bersama. Ensiklik ini memang pertama-tama ditujukan kepada umat Gereja Katolik di seluruh dunia, namun gemanya menggugah jutaan orang di dunia ini dari berbagai entitas. Tidaklah berlebihan jika ensiklik disebut sebagai seruan universal yang ditujukan kepada “setiap orang yang hidup di planet ini,” karena kita semua bertanggung jawab untuk memulihkan rumah kita bersama. (Laudato Si’, 3)
Nama atau judul ensiklik ini diambil dari Bahasa Italia ‘Laudato Si’ yang berarti ‘Terpujilah Engkau’, yang diadopsi dari seruan Santo Fransiskus dari Asisi untuk memuliakan Tuhan. Laudato Si’ berdiri di atas ajaran Katolik selama ribuan tahun. Dalam 60 tahun terakhir, Paus Benediktus XVI, Paus Yohanes Paulus II, Paus Yohanes XXIII, dan Paus Paulus VI telah membuat pernyataan eksplisit tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan.
Sejak diluncurkanya pada tahun 2015, Laudato Si’ telah diterima secara luas sebagai dokumen yang sangat manarik dan penuh keindahan. Selain itu, dokumen ini memiliki dampak yang luas yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik di dalam maupun di luar Gereja Katolik. Dokumen ini mendorong dan mengajak para pemimpin dunia untuk pertama kalinya mengambil tindakan dalam Perjanjian Iklim Paris (Paris Climate Agreement), yang bertujuan untuk mengurangi pemanasan global yang ditetapkan oleh semua negara.
Menurut beberapa komentator, Laudato Si’ merupakan ensiklik yang paling banyak dikutip dalam sejarah. Dokumen ini telah dibaca oleh banyak orang dari berbagai entitas dan tradisi agama, karena memuat seruan moral terkait kepedulian terhadap bumi, rumah kita bersama. Gema dari dokumen ini terus mengubah dan menginspirasi begitu banyak orang di dalam dan di luar Gereja. Jutaan orang mendapat inspirasi dan berkomitmen untuk lebih peduli pada lingkungan hidup dan peduli terhadap saudara-saudari kita yang paling rentan akibat kerusakan lingkungan.
Dalam ensiklik ini, Paus Fransiskus mengajak “semua orang yang berkehendak baik” untuk menjalani pertobatan ekologis, “di mana dampak dari perjumpaan mereka dengan Yesus Kristus terwujud dalam hubungan mereka dengan dunia di sekitar mereka.” Dalam Laudato Si’, 62, 217 diberikan penjelasan bahwa pertobatan ekologis berarti bergerak menuju cinta yang lebih besar kepada Tuhan, sesama, dan ciptaan yang lain dengan mengakui kontribusi kita terhadap krisis ekologis serta berupaya mencari cara yang kreatif agar memulihkan rumah kita bersama.
Spiritualitas ekologis berasal dari pertobatan ekologis yang mendalam ini, dan membantu kita untuk “menemukan Tuhan dalam segala hal”. (Laudato Si’, 160) Kita dapat menemukan Allah dalam keindahan ciptaan dan dalam jeritan orang sakit, miskin dan menderita serta menyadari bahwa kehidupan roh tidak terpisah dari realitas duniawi. Hal ini akan membantu kita untuk “mengatasi individualisme [dan] mengembangkan gaya hidup yang berbeda untuk membawa perubahan yang signifikan di dalam masyarakat.” (Laudato Si’, 208).
Tulisan ini disadur dan dikembangkan oleh Sdr. Iki Santrio, OFM berdasarkan beberapa sumber sebagai berikut:
https://laudatosiweek.org/resources-2023-april-en/ “A Primer on Spirituality and Ecology”