Hari ke 2 (Minggu, 20 Agustus 2023)
Kegiatan INFO JPIC (Inter-Franciscans for Justice, Peace, and Integrity of Creation) hari kedua diawali dengan ibadat dan Ekaristi bersama. Teks ibadat disusun secara tematis sesuai dengan tema yang diusung oleh panitia yaitu “Menanggulangi dan Mengatasi Perbudakan Manusia (Human Trafficking) di Era Modernitas”.
Rekoleksi Bersama
Kegiatan sepanjang hari ke-2 INFO JPIC diisi dengan rekoleksi bersama. Rekoleksi dimulai pada pkl 08.00- 17.00 WIB. Kegiatan rekoleksi dipandu oleh Prof. Dr. Wilian Chang, OFMCap (anggota Fransiskan Kapusin Pontianak). Bahan-bahan permenungan yang disajikan oleh pater Wiliam sungguh menarik. Beliau memberi judul seluruh permenungannya demikian: “Perdagangan Manusia Adalah Tragedi Kemanusiaan Zaman Ini”. Di awal prsentasinya, pater Wiliam mengatakan bahwa “Sebetulnya persoalan perdagangan manusia bukan persoalan baru dan itu sudah terjadi sejak dahulu kala. Di dalam Alkitab, kita menemukan kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya kepada pedagang Midian dan dibawa ke Mesir”.
Selanjutnya, Pater Wiliam menunjukkan bahwa persoalan Perdagangan orang adalah persoalan iman. Allah yang kita imani adalah Allah yang pengasih, peka, peduli dan pembebas. Selain persoalan iman, perdagangan orang juga merupakan persoalan moral: Allah kita adalah Allah Moral, menciptakan dalam keadaan baik dan selalu membela yang baik dan menghukum yang jahat. Kita mengedepankan nilai moral berhadapan dengan mental zaman ini yang menghalalkan segala cara demi tujuan dan mengabaikan martabat manusia yang diciptakan baik adanya.
Inti panggilan kita sebagai Gereja dan pengikut St. Fransiskus Asisi adalah “mengembalikan citra manusia yang begitu baik dan mulia adanya sejak diciptakan. Manusia adalah gambar dan rupa Allah (imago Dei)” tegas pater Wiliam. Keterlibatan kita dalam isu perdagangan orang adalah upaya kita untuk merawat Gereja sebagai Tubuh Kristus. Mereka adalah bagian dari kita sebagai satu tubuh yang sama; penderitaan mereka adalah penderitaan kita juga. Santo Paulus mewariskan cara pikir ini pada kita. Pater Wiliam akhirnya menegaskan bahwa Fransiskus dari Assisi mengajarkan kita bahwa cinta kepada Allah membuat dia cinta pada sesama dan ciptaan lain. Dalam diri orang kusta Fransiskus menemukan Allah yang merawat dan memberi makan orang kusta; Kusta adalah lambang orang-orang terbuang. Keterlibatan kita para Fransiskan pada persoalan perdagangan orang adalah mandat spiritualitas kefransiskanan kita. Santo Fransiskus memperlihatkan kedekatan, kasih dan kepeduliaannya pada orang kusta. Orang-orang yang diperdagangkan adalah ‘orang kusta’ zaman kita ini.
Diakhir materinya, Pater Wiliam mengajak semua peserta kegiatan INFO JPIC untuk merefleksikan secara serius keterlibatan para Fransiskan dalam menanggulangi perbudakan manusia (Human Trafficking). Pater Wiliam menegaskan “Saya berharap bahwa setelah saudara dan saudari pulang dari sini, ada sesuatu yang dibawa pulang untuk dilakukan bersama-sama di tengah komunitas dan tempat tinggal kita masing-masing”. Seluruh rangkaian kegiatan hari ke-2 ditutup dengan makan malam bersama, rekreasi dan doa penutup di Kapel Wisma Imaculata.
Hari ke-3 (21 Agustus 2023)
Belajar Bersama Rm. C. Paschalis Saturnus, Pr
Dinamika dan kegiatan hari yang ke-3 diisi dengan belajar bersama Romo Chrisantus Paschalis Saturnus, Pr atau biasa disapa Rm. Paschal. Beliau adalah seorang imam diosesan Keuskupan Pangkal Pinang dan juga seorang aktivis yang sangat getol menentang kejahatan perdagangan orang (Human Trafficking) di wilayah Batam dan sekitarnya.
Proses belajar bersama romo Paschal sungguh hidup dan menarik. Peserta tidak hanya mendengarkan presentasi dari narasumber tetapi juga dilibatkan dalam seluruh proses belajar. Semua peserta dibagi dalam kelompok-kelompok, terlibat dalam diskusi terkait beberapa contoh kasus perdagangan orang dan belajar keterampilan menangani dan mendampingi korban Tindak Pindana Perdagangan Orang (TPPO).
Gereja Kita Adalah Gereja Yesus Kristus bukan Gereja Pilatus
Dalam presentasinya, romo Paschal menyoroti peran Gereja dalam mengatasi perdagangan orang. Beliau mengulangi kata-kata dari mendiang Pater Peter C. Aman, OFM yang pernah mengatakan bahwa ‘Gereja kita adalah Gereja Yesus Kristus dan bukan Gereja Pilatus’ yang mencuci tangan dari persolan-persoalan sosial kemanusiaan. Beliau menegaskan bahwa “Perdagangan orang adalah luka terbuka dalam masyarakat masa kini; luka terbuka dalam tubuh Kristus” (Paus Fransiskus). Perdagangan orang itu adalah luka kemanusiaan dalam diri para korban dan keluarga mereka. Luka terbuka pada hati nurani kita”. Ia menambahkan “luka-luka inilah yang semestinya menjadi perhatian kita dalam beriman. Membuka mata melihat, membuka telinga yang peka dan dan tangan serta hati yang siap membantu”.
Pada bagian lain presentasinya, romo paschal menunjukkan bahwa fakta miris perbudakan orang seharusnya membawa kita bertemu dengan Allah sendiri dalam Kristus yang menjadi rapuh dan terluka untuk manusia. Allah Yang mau turut menderita bersama manusia.
Sebagai Gereja, kata romo paschal “kita memiliki tanggung jawab tidak terelakkan untuk masuk dan belajar tentang kerentanan umat/masyarakat untuk memahami penyebabnya, mencari kehendak Allah mengenai kerapuhan itu, berjuang bersama korban untuk misi Allah bagi keselamatan”. Kita harus mampu mengosongkan diri, jadi hamba terluka demi pemulihan dan penyembuhan, tidak diam tapi terlibat bersama Allah. Melawan dan melucuti kuasa jahat, berani melakukan advokasi kebijakan yang menindas, bekerja dalam jaringan dengan untuk kemuliaan jiwa manusia yang tidak boleh diperdagangkan. Sebab, Gereja kita bukanlah Gereja Pilatus, melainkan Gereja Yesus Kristus, yang senantiasa terlibat dalam seluruh sejarah perjuangan manusia di tengah dunia ini.
Bersambung…