Sabtu, 7 Oktober 2023, JPIC OFM Indonesia bekerja sama dengan komunitas ESOTERIKA Jakarta (sebuah forum Spiritualitas yang menekankan nilai kemanusiaan dan kebersamaan) merayakan pesta St. Fransiskus Asisi. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Kampus Hang Jebat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Perayaan ini menjadi sebuah perayaan lintas iman dan sekaligus menjadi moment untuk merajut persaudaraan dengan menggali semangat persaudaraan dari St. Fransiskus Asisi.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini sekitar 70-an orang. Mereka datang dari berbagai latar belakang agama: Katolik, Islam, Protestan, Konghucu dan Baha’i. Mahasiswa dan Mahasiswi dari beberapa kampus di Jakarta juga turut hadir memeriahkan acara ini. Tema yang membingkai seluruh kegiatan ini adalah “Perayaan Hari Santo Fransiskus Assisi”. Kegiatan dimulai pada pkl. 09.30-13. 00 WIB.
Dinamika Kegiatan
Kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar. Teman-teman dari komunitas Esoterika mempersiapkan segala sesuatunya dengan apik dan sistematis. Mulai dari hal-hal yang bersifat teknis sampai pada hal-hal yang bersifat formal. Kegiatan ini disusun dan dikemas sedemikian rupa oleh panitia. Ada 2 agenda yang dilaksanakan dalam kegiatan ini antara lain: seminar yang menggali semangat hidup St. Fransiskus Asisi dan acara ramah tamah. Seminar ini hendak menggali nilai dan semangat persaudaraan St. Fransiskus Asisi dalam hubungannya dengan dialog antar agama dan persaudaraan semesta. Yang menjadi narasumber dalam kegiatan antara lain Pater Rikardus Selan, OFM dan ibu Rani Anggraeni Dewi. Pater Rikard membahas spirit St. Fransiskus Asisi dari kaca mata seorang Fransiskan dan seorang Katolik. Sedangkan Ibu Rani Anggraeni Dewi membaca St. Fransiskus dari perspektif agama Islam, secara khusus menyandingkan St. Fransiskus Asisi dan Maulana Rumi.
Suasana yang hangat dan penuh persaudaraan membuat semua peserta merasa betah dan antusias mengikuti acara secara penuh. Sebelum acara dimulai semua peserta disuguhkan makanan dan minuman ringan yang telah disediakan panitia.
Acara Inti
Acara resmi dimulai pukul 9.45 waktu setempat. Seluruh rangkaian acara ini dibuka dengan doa. Doa disampaikan oleh sejumlah perwakilan dari agama Katolik, Kristen Protestan, Islam dan Baha’i. Setelah doa pembuka, pemandu acara mengajak semua peserta untuk mendengarkan sambutan dari panitia penyelenggara kegiatan ini, yaitu Sdr. Wahyu Prasetyo, OFM perwakilan dari JPIC OFM Indonesia, selaku ketua bidang Animasi JPIC dan Sdr. Denny JA selaku ketua komunitas ESOTERIKA Jakarta.
Setelah mendengarkan sambutan dari panitia penyelenggara, semua peserta diajak untuk masuk pada acara inti yang pertama, yaitu seminar. Seminar dipandu oleh Dr. Budhy Munawar Rachman (dosen Islamologi STF Driyarkara Jakarta dan salah satu tokoh penting dalam komunitas Esoterika). Dr. Budhy membuka acara ini dengan memperkenalkan profil dari masing-masing narasumber. Beliau juga memberikan gambaran umum terkait maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini.
Selanjutnya, moderator memberikan kesempatan kepada pater Rikard, OFM untuk mempresentasikan materinya. Ada beberapa pokok yang dipresentasikan oleh Pater Rikard dalam forum ini, antara lain: pertama, memperkenalkan sosok St. Fransiskus Asisi (latar belakang keluarga, masa mudanya, situasi sosial dan budaya di mana ia hidup dan lain-lain). Kedua, menggali semangat hidup St. Fransiskus dan relevansinya untuk kehidupan kita di zaman ini, khususnya mengelaborasi sikap Fransiskus yang begitu dekat alam dan sesama (dalam hal ini saudara dan saudari Muslim). Pater Rikard memperlihatkan bahwa “St. Fransiskus amat mencintai dan mengagumi alam ciptaan Tuhan. Ia menyapa semua makhluk yang ada di alam ini sebagai saudara dan saudarinya”. Oleh Karena itu “sebagai sesama saudara ciptaan Tuhan, kita sudah selayaknya untuk saling menjaga, merawat dan menjalin relasi yang harmonis dengannya. Itulah mengapa Paus Yohanes Paulus II menobatkan St. Fransiskus Asisi sebagai Santo pelindung ekologi”, tegas pater Rikard.
Pada bagian yang lain, pater Rikard menunjukkan sosok Fransiskus Asisi sebagai pribadi pembawa dan pencinta damai (peace maker). “Fransiskus adalah sosok yang menjunjung tinggi semangat perdamaian. Sikap perdamaian yang ia tunjukkan bukan dengan cara yang muluk-muluk, tetapi dengan cara-cara yang sederhana, melalui sapaan-sapaan yang sederhana seperti pace e bene, semoga Tuhan memberi engkau damai dan lain-lain”, jelas pater Rikard.
Selain itu, Pater Rikard juga menyentil pengalaman konkret perjumpaan St. Fransiskus Asisi dan kaum Muslim khususnya perjumpaan dengan Sultan Malik Al-Kamil di Damieta, Mesir tahun 1219. Pater Rikard menjelaskan bahwa konteks perjumpaan Fransiskus dan Sultan pada saat itu ketika dunia Kristen dan Islam sedang berkecamuk Perang Salib. “Waktu itu relasi Kristen dan Islam sedang tidak baik-baik saja. Kristen dan Islam saling berperang yang dikenal dengan sebutan perang salib. Meskipun situasi saat itu sangat genting dan dilarang oleh uskup Pelagius sama sekali tidak menghalangi niat Fransiskus untuk menjumpai Sultan Malik Al Kamil. Dalam pembicaraannya dengan Sultan, Fransiskus ingin agar kedua agama ini saling berdamai” kisah Pater Rikard. Beliau melanjutkan, “Inilah salah satu alasan kenapa Fransiskus kemudian dijuluki sebagai duta damai”. Mengakhiri presentasinya, Pater Rikard mengajak semua peserta untuk menjadikan semangat hidup St. Fransiskus sebagai cita-cita bersama agar terwujud sebuah komunitas iman dan masyarakat yang alternatif (proto type) dan transformatif.
Pemaparan berikutnya disampaikan oleh ibu Rani Anggraeni Dewi. Ibu Rani begitu beliau sering disapa, dengan sangat menarik membuat perbandingan antara figur Milad Maulana Rumi dan Santo Fransiskus Assisi. Baginya, keduanya sosok ini memiliki kesamaan walaupun berbeda keyakinan (Islam dan Katolik). Ibu Rani melihat kesamaan kedua sosok ini terletak pada kecintaan mereka akan alam semesta dan keakraban dengan ciptaan yang lain. Selain itu, kedua sosok ini menurut ibu Rani sangat gandrung dengan puisi. Rumi memiliki banyak puisi tentang alam dan Santo Fransiskus memiliki nyanyian pujian kepada alam atau yang sering dikenal dengan Gita Sang Surya. “Rumi adalah seorang sufi dan penyair yang terkenal, selama perjalanannya dari konyah, Iran hingga ia selalu menyerukan perdamaian, ia selalu menaruh hati terhadap alam, sehingga kedua tokoh ini baik Fransiskus maupun Rumi memiliki concern pada alam dan pada perdamaian. Mereka menjadi tokoh inspirator bagi kita zaman ini”, tandas beliau.
Acara Ramah Tamah
Setelah selesai menyampaikan materi dari kedua narasumber, seminar tidak dilanjutkan dengan sesi tanya jawab tetapi dengan menyaksikan beberapa penampilan diantaranya paduan suara dari mahasiswa/i Islamologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, tarian sufi dan puisi. Sambil menyaksikan penampilan-penampilan itu, peserta dipersilahkan untuk mencicipi hidangan yang telah disiapkan oleh panitia. Setelah santap siang, seluruh rangkaian seminar ditutup dengan foto bersama dan sayonara. Semua peserta pulang ke komunitas masing-masing.