Tanggal 16-20 Oktober 2023, telah diselenggarakan kegiatan ‘Global Tematic Social Forum (TSF) on Mining and Extractive Economy’ di Semarang, Jawa Tengah. Forum ini dikhususkan untuk mendiskusikan tema-tema sosial tentang pertambangan dan ekonomi ekstraktif. Kegiatan TSF 2023 merupakan kelanjutan dari kegiatan TSF pertama yang dilakukan di Johannesburg, Afrika Selatan pada tahun 2018. Pada saat itu, berbagai organisasi masyarakat sipil berkumpul untuk menyusun agenda aksi bersama guna menjamin pengakuan hak masyarakat, khususnya yang terdampak dan membangun alternatif produksi dan keanekaragaman sosial budaya, ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Melanjutkan komitmen Global TSF- Mining yang pertama, pertemuan kedua Global TSF-Mining 2023 ini diselenggarakan di Semarang, Jawa Tengah. Tempat kegiatan dilaksanakan di Hotel MG Setos, Semarang. TSF Mining tahun 2023 membahas dua tema utama, yaitu “Hak untuk Mengatakan Tidak” (The Right to Say No) dan “Hubungan antara Keadilan Iklim, Transisi yang Adil, dan Transisi Mineral” (The Relationship between Climate Justice, Just Transition, and Mineral Transition) sebagai fondasi untuk memperkuat solidaritas dan advokasi internasional. Forum ini juga menjadi wadah sinergi dan kolaborasi berbagai gerakan sosial mulai dari masyarakat terdampak tambang, aktivis lingkungan dan HAM, hingga gerakan kelas pekerja dengan tujuan mencapai cita-cita keadilan bagi seluruh manusia dan lingkungan.
Indonesia: Locus Strategis Global TSF- Mining 2023
Ada beberapa goal dari kegiatan ini antara lain: bertukar informasi dan pengalaman antargerakan sosial dan masyarakat yang terdampak oleh ekonomi ekstraktif termasuk agenda transisi energi hari ini serta membangun plarform solidaritas komunitas terdampak. Selain itu, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi berbagai kepentingan bersama dan kolaborasi antargerakan sosial, masyarakat terdampak, penggiat isu HAM dan lingkungan, Gerakan buruh, serta akademisi.
Indonesia yang saat ini menjadi daya tarik dalam rerantai global produksi baterai dan kendaraan listrik, peran sentralnya di berbagai forum internasional seperti G20 dan ASEAN dipilih menjadi lokasi pertemuan Global TSF Mining 2023. Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk gerakan sosial terlibat secara aktif dan kritis perumusan agenda aksi bersama.
Global TSF-Mining 2023 telah mengusulkan serangkaian masalah utama umum untuk kampanye global yang bertujuan untuk: pertama, menegaskan kembali perjuangan pada tingkat masyarakat untuk merebut kembali kedaulatan, penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah mereka. Kedua, menghubungkan perjuangan masyarakat tersebut menjadi satu perjuangan yang luas, nasional, regional dan internasional bersamaan perjuangan untuk konsep tanding. Ketiga, menolak instrumentalisasi hubungan dengan alam dan komunitas serta mempertanyakan sifat dan validitas struktur demokrasi saat ini. Keempat, menuntut transisi yang adil dan restitusi penuh atas pelanggaran serta dampak sosial lingkungan, dalam memperjuangkan wilayah yang bebas dari pertambangan.
Peserta Global TSF Mining 2023 di Semarang
Peserta yang ikut dalam kegiatan ini sangat banyak. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh panitia, peserta yang ikut kegiatan TSF 2023 di Semarang sejumlah 370 orang; dari berbagai macam negara dari beberapa benua (Eropa, Asia Pasifik, Afrika, Amerika Latin, Amerika Serikat, Timur Tengah dan Afrika). Mereka datang dari berbagai macam kalangan: warga masyarakat, para penggiat isu HAM dan lingkungan, tokoh agama, gerakan buruh, serta akademisi.
Perwakilan dari institusi Gereja Katolik juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Beberapa diantaranya: Sdr. Taucen Hotlan Girsang, OFM (Vice-Director, JPIC-Frati Francescani Roma), Sr. Maamalifar Poreku, MSOLA (Wakil Sekretaris Eksekutif Kantor JPIC Roma dan juga seorang Animator Laudato Si’ dan anggota Gerakan Laudato Si di Roma, Sdr. Iki Santrio, OFM (Sekretaris JPIC OFM Indonesia) dan beberapa imam Projo perwakilan dari beberapa keuskupan di Filipina. Selain itu, panitia kegiatan ini juga mengundang perwakilan kaum muda dan kaum disabilitas.
Terlenggaranya kegiatan ini berkat kerja sama dari banyak pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri. Steering Commite (SC) atau panitia penyelenggara kegiatan ini terdiri dari SC nasional yang mencakup beberapa Lembaga seperti JATAM, KRUHA, JPIC OFM Indonesia, Serikat Perempuan, YLBHI, PWYP Indonesia, Ekomarin, Auriga, Trend Asia, Tim kerja Perempuan dan Tambang. SC Internasional mencakup: Asia-Pasific Gathering on Human Rights and Extractives, Churches and Mining, London Mining Network, Franciscan International, Transnational Institute dan beberapa lembaga lainnya.
Moment Penguatan Warga Masyarakat yang Terdampak
Salah satu hal yang sangat menarik dalam forum ini adalah menghadirkan dan memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat warga untuk bercerita. Masing-masing wilayah dari setiap provinsi mengutus 8 orang warganya. Hampir semua warga masyarakat yang diundang dalam kegiatan ini adalah mereka yang terdampak langsung akibat aktivitas pertambangan. Mereka dihadirkan dalam forum ini dengan tujuan saling belajar dan berbagi informasi bagaimana perjuangan warga di masing-masing tapak-tapak menolak pertambangan. Selain itu, kehadiran mereka dan cerita-cerita yang mereka bagikan dalam forum ini mendorong semua pihak untuk berpikir bersama bagaimana membangun strategi yang efektif dan masif serta solidaritas global untuk bersama-sama menyerukan keadilan dan kesetaraan HAM di mana, siapa dan kapan pun.
Bersambung