Sentul, JPIC- OFM Indonesia menyelenggarakan Rapat Kerja (RaKer) pada tanggal 2-5 Februari 2024. RaKer JPIC-Ekopastoral tahun 2024 diadakan di Amerta Resort, Sentul, Jawa Barat. Rapat kerja tahunan ini diikuti oleh 14 peserta yang terdiri dari 6 orang staf kantor JPIC OFM Indonesia, 6 orang koordinator ekopastoral, dan 2 orang saudara muda (staf Rumah Singgah St. Antonius Padua). Turut hadir dalam pertemuan ini Sdr. Mikael Peruhe, OFM (Minister Provinsi), Sdr. Mateus L. Batubara, OFM (Ketua Komisi JPIC OFM Indonesia). Tema RaKer JPIC-Ekopastoral tahun 2024 adalah “Stigmata dan Karya JPIC-Ekopastoral”. Tema ini manjadi arah seluruh refleksi, evalusai dan rencana kerja peserta RaKer selama tahun 2024. Rangkaian kegiatan RaKer tahun ini meliputi beberapa hal:

Ekaristi dan Rekoleksi

Seluruh rangkaian Kegiatan RaKer JPIC-Ekopastoral diawali dengan perayaan ekaristi pada Jumat (2/2/2024) pkl. 18.00 WIB. Perayaan ekaristi dipimpin oleh  Sdr. Mateus L. Batubara, OFM selaku ketua komisi JPIC OFM Indonesia. Perayaan pembuka RaKer kali ini bertepatan dengan pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah/Bait Allah. Dalam homilinya, Sdr. Mateus menghubungkan perayaaan ini dengan rencana kegiatan RaKer JPIC. “Bukan suatu kebetulan, pada hari ini kita mengawali seluruh kegiatan evaluasi RaKer kita dengan pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah. Perayaan hari ini mengundang kita semua untuk meneladani Maria dan Yosef, yang mempersembahkan sesuatu yang berharga dalam hidup mereka, yaitu Yesus Kristus di hadapan Allah” ungkap sdr. Mateus. Beliau menambahkan “Kita pun diajak untuk mempersembahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita untuk Tuhan, sesama, dan alam di sekitar kita”.

Kegiatan selanjutnya adalah rekoleksi. Rekoleksi dipimpin oleh sdr. Mateus,OFM. Rekoleksi ini terbagi dalam 2 sesi. Sesi pertama dimulai pada pkl. 20.00-21.00 WIB. Pada sesi yang pertama ini, Sdr. Mateus mengajak para peserta untuk merenungkan makna stigmata St. Fransiskus Asisi yang mengantar kita semakin dekat dengan Pribadi Yesus Kristus. Sdr. Mateus menandaskan “Karunia Stigmata St. Fransiskus merupakan wujud dari kecintaannya yang mendalam dengan Yesus Kristus. Kita pun diajak untuk menggunakan kesempatan ini untuk merawat kembali relasi pribadi kita dengan Yesus.  Dengan demikian, perjumpaan kita dengan sesama (yang menderita) memancarkan wajah belas kasih Allah.

Sesi kedua rekoleksi dilaksanakan pada Sabtu, 3 Februari 2024 pada pkl. 08.00-09.00 WIB. Pada sesi yang kedua ini, Sdr. Mateus mengajak semua peserta RaKer untuk lebih dekat melihat makna Stigmata Fransiskus berkenaan dengan perjumpaan kita dengan mereka atau sesama yang menderita. Beliau menunjukkan sejumlah data konkret yang ada di sekitar kita saat ini yang membuat semakin banyak orang menderita. Ada beberapa hal yang ditunjukkan oleh Sdr. Mateus berkaitan dengan hal ini: kesenjangan ekonomi (miskin dan kaya), eksploitasi alam yang makin masif, yang merugikan banyak pihak dan melanggengkan penderitaan. Sdr. Mateus mengajak semua peserta untuk menjumpai Yesus dalam diri mereka yang menderita itu dan merangkul mereka dengan wajah belas kasih Allah.

Evaluasi dan Penyusunan Program Kerja 2024

Evaluasi kerja masing-masing unit karya (JPIC dan Ekopastoral) dilaksanakan pada Sabtu 3 Februari 2023 pada pkl. 09.30 sampai pkl. 21. 00 WIB. Koordinator masing-masing unit karya diberi kesempatan untuk melaporkan seluruh agenda kerjanya selama tahun 2023. Para saudara melaporkan hasil kerjanya dalam berbagai bentuk: ada yang melaporkan dalam bentuk video singkat, ada juga dalam bentuk dokumentasi kegiatan (foto-foto).  Unit-unit karya yang dievaluasi dalam kegiatan ini antara lain bidang Sekretariat JPIC OFM, Animasi, Advokasi dan Hukum, Rumah Singgah, Migran dan Human Trafficking, Ekopastoral Ciloto (Jawa Barat), Ekopastoral Fransiskan Pagal (Pagal, Manggarai, NTT), Ekopastoral Fransiskan Timor, Ekopastoral parokial Tentang (Tentang, Manggarai Barat, NTT), dan Ekopastoral parokial paroki Kurubhoko (Kab. Ngada, NTT).  Pada kesempatan ini, masing-masing saudara tidak hanya diminta untuk mempresentasikan program kerjanya, tetapi juga menyeringkan tantangan-tantangan yang ditemui dalam berdinamika serta harapan-harapan yang menjadi kekuatan ke depannya.

Yang menarik dari seluruh dinamika dalam sesi evaluasi ini adalah para saudara saling memberi saran, membagi pengalaman pastoral dan saling meneguhkan satu sama lain.  Bahwasanya, dalam menjalankan pelayanan di bidang JPIC dan Ekopastoral banyak pengalaman jatuh bangun (trial and eror), kadang merasa lelah dan jenuh, kadang merasa berjalan sendiri dan lain sebagainya. Tetapi juga, dalam kesempatan-kesemepatan lain, para saudara menemukan suka cita dan harapan yang membuat mereka tetap setia dan bersemangat dalam tugas perutusannya masing-masing.

Di sela-sela kegiatan evaluasi kerja 2023, para peserta RaKer mengadakan kegiatan belajar bersama tentang Ekologi Integral. Panitia menghadirkan narasumber, Sdr. Alsis Goa Wonga, OFM, yang saat ini tengah menyelesaikan studi ilmu Ekologi Integral di Roma. Dalam pemaparan materinya, Sdr. Alsis menyampaikan sejumlah hal tentang ekologi integral mulai dari sejarah pemikiran ekologi integral, penjernihan istilah ekologi dan integral, dan lain-lain. Dalam presentasinya, Sdr. Alsis juga merujuk pada ensiklik Laudato Si Paus Fransiskus, yang memberikan tekanan pada kesalingterhubungan atau interkonektivitas semua makhluk hidup.

Pada  hari berikutnya Minggu 4 Februari 2024, para saudara memulai menyusun program kerja tahun 2024. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00-21.00 WIB. Setiap unit karya merancang program kerja untuk tahun 2024 berdasarkan hasil evaluasi kerja 2023 dan tema RaKer 2024, yakni stigmata dan karya JPIC-Ekopastoral. Program kerja yang telah disusun oleh masing-masing unit karya kemudian dipresentasikan dan dievaluasi serta ditanggapi oleh para peserta RaKer yang hadir. Dalam presentasi program kerja ini, para peserta diberi kesempatan untuk memberikan masukan, saran dan usulan terhadap program kerja yang dipresentasikan.

Penegasan dan Harapan

Menjelang berakhirnya RaKer JPIC- Ekopastoral 2024, panitia memberikan kesempatan kepada Minister Provinsi Sdr. Mikael Peruhe, OFM untuk memberikan sejumlah masukan kepada peserta RaKer. Pater Mike, OFM, begitu beliau sering disapa oleh para saudara OFM, meminta para peserta RaKer JPIC-Ekopastoral untuk menemukan dan mengenali tantangan dan peluang-peluang yang mereka temukan selama ini. Karena itu, sebelum memberikan sejumlah masukan, Pater Mike meminta tanggapan dari semua peserta untuk melihat tantangan dan harapan yang dihadapi olah para saudara dalam menjalankan perutusan di JPIC dan Ekopastoral.

“Saya meminta para saudara untuk mengenali sejumlah tantangan dan harapan dalam karya ini, supaya para saudara bisa bekerja secara efektif. Jika tidak, kita hanya menjadi programer, yang setiap tahun menyusun program dan tidak bisa mengukur sejauh mana program yang ada mampu mewujudkan nilai-nilai dan kharisma Fransiskan. Nilai-nilai itulah yang menjadi fokus utama kita”. Melanjutkan hal ini, beliau meminta para saudara peserta Raker untuk menjaga nilai-nilai tersebut agar cara hidup kita tetap relevan bagi dunia ini. “Karena itu basis gerakan kita adalah memperjuangkan nilai-nilai JPIC”. Beliau juga meminta supaya JPIC perlu menggencarkan lagi kegiatan animasi nilai-nilai JPIC kepada semua saudara.

Selain itu, pater Mike juga meminta para saudara untuk tetap setia menjaga nilai-nilai JPIC. Beliau menegaskan “Para saudara terbuka untuk bersinergi dengan lembaga lain, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai khas Fransiskan kita. Karena kita para saudara dina (Fransiskan) memiliki sejarah yang panjang dalam mengejawantahkan nilai-nilai spiritualitas kita dalam kerja-kerja animasi dan advokasi selama ini. Tugas kita adalah mewujudkan nilai-nilai tersebut secara konkret dan menjadikannya sebagai cara hidup baru bagi umat yang kita layani”. Untuk itu, beliau meminta agar karya Ekopastoral perlu bersinergi dengan paroki, supaya para saudara kita yang berkarya di paroki-paroki tidak teralienasi dari jiwa atau semangat ekopastoral.

Selain sejumlah masukan di atas, Minister Provinsi  juga mengapresiasi para saudara yang selama ini setia menjalankan tugas perutusan di bidang JPIC dan Ekopastoral. Beliau mafhum dan mengakui bahwa “Perjuangan di bidang JPIC-Ekopastoral memang tidak mudah. Apalagi ada beberapa saudara yang menjalankan tugas perutusan rangkap (sebagai pastoral paroki dan koordinator ekopastoral parokial serta pelayanan di Panti Asuhan). Meskipun demikian, para saudara tetap berkomitmen untuk mengembangkan nilai-nilai JPIC-Ekopastoral di tempat tugas perutusan para saudara” ungkapnya. “Oleh karena itu, saya mengapresiasi kesetiaan para saudara dalam menjalankan perutusan ini dan setia menghayatinya serta terus berupaya agar nilai-nilai JPIC-Ekopastoral menjadi cara berada baru bagi umat dan masyarakat” lanjutnya.

Ekaristi Penutupan RaKer

Kegiatan RaKer selama beberapa hari ini ditutup dengan perayaan ekaristi. Perayaan ekaristi dilaksanakan senin, 5 Februari 2024 pada pkl. 09.00 WIB. Ekaristi dipimpin oleh Sdr. Fridus Derong, OFM selaku Direktur JPIC OFM Indonesia. Sdr. Fridus, OFM mengajak peserta Raker untuk mendalami tema RaKer 2024, yakni Stigmata dan JPIC-Ekopastoral. “Para saudara diajak untuk menyembuhkan luka-lukanya sendiri sebelum menyembuhkan luka-luka orang lain” ungkap Sdr. Fridus, OFM.

Di samping itu, Sdr. Fridus menengaskan perlunya sinergitas pastoral dalam karya pelayanan di JPIC-Ekopastoral. “Para saudara perlu melibatkan saudara lain dalam kegiatan JPIC-Ekopastoral.” Sdr. Fridus juga menggarisbawahi profesionalitas para saudara dalam mengembankan karya ini dengan cara meng-update pengetahuan kita masing-masing. Beliau mengharapkan para saudara untuk tetap rendah hati belajar dari orang lain.

Dalam homilinya, Sdr. Fridus menegaskan kembali beberapa anjuran apostolik Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium. “Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pelayan pastoral sebagaimana disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium” katanya. “Beberapa hal tersebut: pertama, pelaku atau pelayan pastoral harus menjadi orang yang rendah hati untuk belajar dari yang lain, meninggalkan sikap puas diri (EG 33). Kedua, pelayan pastoral harus menyembuhkan luka-luka dunia di zaman ini: luka karena ketidakadilan, kemiskinan, ketimpangan, dan kerusakan alam di sekitar kita. Ketiga, pelayan pastoral harus bisa menjadi pendengar yang baik. Hal ini penting untuk kita, ketika kita bertemu warga masyarakat, kita pertama-tama hadir untuk mendengarkan mereka dan bukan menempatkan diri sebagai ahli di tengah mereka” jelas Sdr. Fridus, OFM.

Seluruh perayaan ekaristi selesai pada pkl. 10.00 WIB. Tepat pkl 10.30 semua peserta RaKer beranjak dari Sentul, Jawa Barat, tempat kegiatan RaKer dan kembali ke komunitas masing-masing.

 

Pace e bene

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

three + eleven =