P. Johnny Dohut OFM

Dua ratus lima puluh-an orang muda Se-Dekanat Perbatasan, Keuskupan Sintang mengikuti kegiatan ‘Seminar Anti-Narkoba dan Ajaran Sosial Gereja Tentang Keluhuran Martabat Manusia’, selama dua hari di Paroki Santo Monfort Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Pada Kami-Jumat, 24-25 April 2025.

Mereka adalah orang orang Muda dari empat paroki di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia yakni Paroki St. Monfort Badau, Paroki St. Paulus Nanga Kantuk, Paroki St. Dismas Lanjak dan Paroki Santo Martinus Banua Martinus.

“Kegiatan ini dilaksanakan karena keprihatinan akan masalah sosial di wilayah perbatasan terutama narkoba. Hal ini juga selaras dengan harapan mendiang Paus Fransiskus dalam rangka Tahun Yubelium 2025 dengan tema Peziarah Pengharapan” Ungkap Pastor Markus, Dekan Dekanat Perbatasan.

Tanda pengharapan, ungkapnya merujuk Mendiang Paus Fransiskus, harus disampaikan juga kepada kaum muda. “Melarikan diri ke narkoba akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi kaum muda! Mari kita tunjukkan kepedulian terhadap generasi muda: karena mereka adalah kebahagiaan dan harapan Gereja dan dunia” (Spes non Confundit art. 12).

Karena itu, la menambahkan, para pastor yang berkarya di empat paroki ini menyelenggarakan kegiatan ini untuk menyebarkan pengatahuan yang benar agar dapat mengambil sikap yang tepat berhadapan dengan kenikmatan palsu narkoba yang merusak mental, fisik, dan masa depan orang-orang muda!

NARKOBA MERUSAK GENERASI EMAS

Seminar hari pertama yang dimoderatori P. Desideramus Ansbi baum OFM ini menghadirkan Kepala BNN Provinsi Kalbar, Brigjen Pol. Drs. Sumirat Dwiyanto M.Si, sebagai narasumber. Malam itu (Kamis 24/4), Sumirat mengingatkan orang-orang muda sedekanat perbatasan bahwa narkoba adalah ancaman serius bagi generasi emas Indonesia. “Siapa itu generasi emas? Generasi emas itu adalah kalian semua! Orang-orang muda yang malam ini berkumpul di sini. Kalian harus jauh dari narkoba, sehingga bisa jadi unggul dan hebat! Di samping itu, untuk menjadi generasi emas kalian meski mengenal potensi diri dan giat bekerja serta belajar mengembangkan diri demi masa depan generasi emas yang sehat, sukses dan unggul. Malam ini, coba refleksikan; apa yang kalian bisa kembangkan?”

Ia juga mengingatkan peserta untuk hati-hati dalam pergaulan “Jauhi teman-teman yang auranya negatif dan memberi pengaruh buruk. Pemakaian Narkoba merusak otak, merusak kesehatan fisik dan mental. Ketika otak rusak, yang muncul adalah ‘sifat-sifat binatang’. Orang akan Suka bohong, mencuri, suka menyendiri, emosional, marah, malas belajar, gelisah, dan sering melamun”.

KERJA SAMA LINTAS SEKTOR

Saat ini ada 16.000 pemakai narkoba di Provinsi Kalimantan Barat.  Sumirat menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mengatasi persoalan ini.  “Masalah narkoba bukan hanya urusan BNN, kepolisian, TNI, dan Kejaksaan. Ini adalah masalah kita bersama, juga orang-orang muda.

Ia mendorong orang-orang muda agar aktif mempromosikan gerakan anti narkotika dengan berbagai kreasi melalui media seperti tiktok dan instagram.

Di beberapa tempat, demikian Sumirat, Gereja juga sangat aktif terlibat dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. “Di Sulawesi Barat pasangan yang mengikuti kursus persiapan perkawinan sudah dibekali dengan materi terkait Sosialisasi Bahaya Narkoba.”

Di Sanggau, tuturnya, pasangan yang hendak menikah bahkan harus menjalankan tes urin. Selain memastikan kondisi kesehatan pasangan yang hendak menikah, tes ini dilakukan, terutama untuk membantu proses rehabilitasi untuk pasangan yang terdeteksi memakai narkoba.

Menutup pemaparannya, Sumirat menampilkan beragam video terkait dampak buruk pemakiakan narkoba dan juga bahaya merokok. Salah satu video menyoroti pentingnya kehidupan beragama yang tidak sekadar rajin ikut misa, ibadah dan kebaktian. Pesannya jelas, peduli pada persoalan sosial dan menunjukkan sikap yang baik, benar, dan adil dalam hidup di masyarakat adalah bagian penting dari iman.

GEREJA YANG TERLIBAT

“Seringkali karena gak paham orang bertanya: kenapa sih pastor itu sibuk dengan urusan ekonomi, politik, urusan perusahan, urusan tindak pidana perdagangan orang, bukankah tugas mereka cukup memimpin misa?” ungkap P. Agustinus Ubin CM, pada sesi seminar hari kedua, yang dimoderatori P. Loenardus Hendradus OFM, Pastor Paroki St. Monfort Badau, Jumat 25 April 2025.

Ketua Komisi Pastoral Sosial Ekonomi dan Caritas, Keuskupan Sintang ini menegaskan alasan mendasar keterlibatan gereja dalam kehidupan sosial. “Melalui Ajaran Sosialnya Gereja menegaskan hubungannya dengan dunia. Gereja memiliki kepentingan agar semua aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya harus dibangun sedemikian rupa sehingga semua orang memperoleh keadilan, kedamaian, dan ketenangan.”

“Gereja menjaga martabat luhur itu misalnya dengan menolak aborsi, menolak praktek perdagangan orang, menolak penyalahgunaan narkoba, mengkritisi berbagai bentuk ketidakadilan dalam masyarakat. Semua upaya ini bermuara pada pembelaan terhadap keluhuran pribadi manusia sebagai citra Allah.”

Yustina, OMK asal Paroki St. Martinus, Benua Martinus, mengapresiasi seminar dua hari ini. Ia menegaskan pentingnya pengkaderan orang-orang muda Katolik yang akan terlibat di pemerintahan dan mengambil kebijakan publik. Gereja katolik menurutnya perlu terus menerus menciptakan kader-kader yang unggul melalui program kaderisasi demi mencetak pemimpin yang mewujudkan cita-cita ajaran sosial Gereja di bidang pemerintahan, ekonomi dan politik.

PENGAKUAN DAN JANJI

Rangkaian kegiatan dua hari ini berpuncak dalam misa konselebrasi. Dalam perayaan ini, utusan OMK dari empat paroki mengungkapkan pengakuan akan keluhuran hidup manusia yang berasal dari Allah dan hendak memenuhi panggilan Allah untuk merawatnya.

Mereka mengucapkan janji untuk tiga hal. Pertama, merawat anugerah kehidupan yang dianugerahkan Allah dengan penuh rasa syukur sambil mengharapkan pertolongan Tuhan agar memiliki kehendak yang teguh untuk menjauhi narkoba yang merusak diri kami sebagai citra Allah!

Kedua, berpartisipasi secara bertanggung jawab dengan semua orang berkehendak baik untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dan terus mempromosikan pentingnya melindungi martabat luhur manusia dari bahaya narkoba sambil mengembangkan diri secara kreatif sesuai bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Ketiga, menjadi orang-orang muda Katolik yang aktif terlibat dalam hidup menggereja sambil memohon anugerah Roh Kudus untuk senantiasa menjalankan pertobatan agar kami tidak tergoda menjadi pemburu kenikmatan pada narkoba, kekuasaan, jabatan dan uang tetapi menjawab panggilan Kristiani untuk betumbuh dalam iman, kerendahan hati, persaudaraan dan pelayanan! ***

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 4 =